Bunda Maria, karena
peranannya begitu besar dalam sejarah keselamatan, maka ia juga menjadi bunda
pengantara kita. Melalui dan dalam Maria kita memperoleh keselamatan dari Allah
dalam diri Yesus Kristus Putera Allah, yang menjadi manusia dan dilahirkan dari
Perawan Maria.Peranannya dalam sejarah keselamatan begitu penting, oleh karena
keterpilihannya menjadi seorang Co-Redemtriks (Rekan Penebusan). Ia dirahmati
secara khusus oleh Allah di dalam panggilannya menjadi Bunda Allah (bdk. Luk..
1:28).
Allah memilih Bunda
Maria untuk menjadi ibu Tuhan (Theotokos); karenanya, ia dipersiapkan secara
khusus, sehingga sejak dari dalam kandungan ia tidak berbuat dosa. Ia tetap
perawan (Dogma 1854). Oleh rahmat dan perlindungan Allah, ia terlindung dari
segala noda dosa, ia hidup tanpa cela. Keterpilihannya menjadi Ibu Tuhan
membuka kembali pintu surga yang telah ditutup karena dosa Hawa.Ia adalah Hawa
baru, ibu dari semua yang hidup, sebagaimana Kristus adalah Adam baru.
Kepasrahannya yang total kepada rencana dan kehendak Allah menjadikan dia
sangat berkenan di hadapan Allah. Ia adalah makhluk yang paling sempurna dari
semua ciptaan. Bunda Maria adalah model iman yang harus diteladani, iman penuh
penyerahan, “Terjadilah padaku menurut kehendak-Mu.” (Luk. 1:38) Maria adalah
contoh dan teladan Geraja yang ulung (LG.53).
Magnificatnya (Luk.
1:46-55), mengungkapkan suatu pujian yang sangat indah kepada Allah, karena
Allah menggenapi Firman-Nya, yang disampaikan-Nya melalui para nabi, tentang
kedatangan Putera Allah yang menyelamatkan dunia. Keselamatan yang
dinanti-nantikan itu, kini terlaksana dalam dan melalui Maria.Terlebih lagi
Allah memilih orang yang kecil dan sederhana seperti dia (Maria) untuk menjadi
ibu Tuhan.Jiwa Maria sungguh sederhana, tetapi justru dalam kesederhanaannya
Allah memilih dia. Ia adalah ibu Tuhan yang berbahagia dan bersahaja. (bdk
Luk.1:48)
Mengapa Orang Katolik
Menghormati Maria?
Ada pemahaman yang
keliru mengenai ibadat atau devosi yang dilakukan orang katolik terhadap Bunda
Maria.Ada pihak-pihak tertentu yang menuduh orang katolik menyembah Bunda
Maria.Tentu saja tuduhan seperti itu tidak benar, karena Gereja Katolik tidak
pernah mengajarkan tentang penyembahan kepada Maria. Orang Katolik sama sekali tidak
menyembahMaria tetapi menghormatinya !!!Bagaimanapun tingginya
derajat Maria, ia tetaplah ciptaan sama seperti kita, dan suatu ciptaan tidak
dapat disembah. Tuhan sajalah yang patut kita sembah. (bdk. Mrk 4:10) Gereja
Katolik hanya mengajarkan penghormatan kepada Maria yang merupakan contoh
ciptaan Allah yang sempurna, yang patut diteladani kaum beriman, karena
peranannya dalam sejarah keselamatan.Jika orang katolik melakukan penyembahan
terhadap Maria, itu adalah suatu penyimpangan ajaran Gereja dan merupakan
dosa.
Dasar penghormatan
Gereja Katolik terhadap Bunda Maria sangat Alkitabiah. Hal itu dijumpai ketika
Malaikat Gabriel yang diutus Allah, yang merupakan juru bicara Allah datang
kepada Maria, dan menyampaikan kabar, bahwa ia (Maria) akan mengandung dan
melahirkan seorang anak laki-laki. Ketika Malaikat Gabriel bertemu dengan
Maria, ia menyapa Maria dengan suatu sapaan yang begitu hormat: “Salam hai
Engkau yang dikaruniai.”(Luk. 1:28) Sapaan ini adalah suatu tanda penghormatan
yang istimewa dari Allah terhadap Bunda Maria.Meskipun perkataan itu keluar
dari mulut Malaikat Gabriel, tetapi sesungguhnya sapaan ini adalah sapaan Allah
sendiri, yang diucapkan-Nya melalui utusan-Nya.Sapaan tersebut menunjukan bahwa
Allah begitu menghormati ciptaan-Nya ini.
Kalau dibandingkan
dengan tokoh-tokoh Perjanjian Lama atau tokoh-tokoh lain dalam Kitab Suci,
tampak adanya perbedaan antara sapaan Allah kepada Maria dan kepada mereka.
Misalnya, ketika Malaikat Tuhan berbicara kepada Musa dari dalam semak api yang
menyala (Kel. 3:4-5), ketika Allah berbicara kepada Musa diatas Gunung Sinai
(Kel. 24:12-18), Malaikat Allah menampakan diri kepada Manoah tentang kelahiran
Simson (Hak. 13:1-25), dan sebagainya. Dalam perjanjian Baru, kita jumpai
Malaikat Allah berbicara kepada Zakaria di Bait Allah tentang kelahiran Yohanes
Pembaptis (Luk. 1:5-24), bahkan Zakaria ketakutan ketika mendengar sapaan
malaikat kepadanya. Dari sini tampaklah perbedaan antara sapaan Allah kepada
tokoh-tokoh dalam Kitab suci dan kepada Maria, yaitu Allah berbicara dengan
penuh hormat kepada Maria, lebih daripada yang lain.
Demikian juga sapaan
Elisabet terhadap Maria, ketika Maria mengunjungi Elisabet saudaranya di
pegunungan Yudea (Luk. 1:39–45). Elisabet menyapa Maria: “Diberkati engkau di
antara semua perempuan dan diberkati buah rahimmu.” Sebelum Elisabet
mengucapkan perkataan itu, ia dipenuhi dengan Roh Kudus. Ini berarti kata-kata
itu keluar dari Allah sendiri, yang menggunakan mulut Elisabet untuk
mengucapkannya.Jadi bukanlah Elisabet yang menyapa Maria melainkan Roh Kudus,
Allah sendiri.
Jadi jelaslah bagi kita,
bahwa Allah sangat menghormati Maria melalui sapaan-sapaan-Nya yang begitu
istimewa. Ia disapa melebihi ciptaan lain bahkan nabi besar Perjanjian Lama
sekalipun, yaitu Nabi Musa. Kalau Allah Sang Pencipta melalui sapaannya, begitu
menghormati dan menjunjung tinggi Maria melebihi ciptaan lain, mengapa kita
sebagai ciptaan-Nya yang berdosa tidak menghormati Maria? Apa yang terjadi jika
kita menolak atau tidak menghormati Maria? Kalau kita menghina Maria, berarti
kita menghina Allah, yang begitu menghormati dia. Karenanya, penghormatan
kepada Maria bukanlah suatu penyimpangan ajaran Kristiani, asalkan penghormatan
itu tidak melampaui batas-batas yang harus kita berikan kepada Allah Tritunggal
sebagai Pencipta. Karena bagaimana pun tingginya derajat Maria, ia tetaplah
ciptaan yang berada jauh di bawah Allah.
Maria Ciptaan Sempurna
Di antara semua ciptaan
Allah, Maria adalah ciptaan yang paling sempuna. Ia dilindungi secara khusus
oleh Allah, sehingga ia tanpa noda sedikit pun sejak dari dalam kandungan. Ia
tetap Perawan (Dogma 1854). Kesucian Maria jauh melebihi para rasul dan para
kudus dalam Gereja dan ciptaan lain. Tentang kesucian dan kesempunaan Maria
konsili Vatikan II mengatakan : “Berkat rahmat Allah, Maria sesudah Putera
lebih dimuliakan dari semua malaikat dan manusia sebagai Bunda Allah yang
mahasuci” (LG. 66). Walaupun Kitab Suci tidak menemukan teks bahwa Maria pergi
mewartakan Injil, namun ia lebih suci dari Rasul Petrus atau Rasul Agung Santo
Paulus. Namun, perlu diingat bagaimana pun sucinya Maria, ia tidak dapat
dibandingkan dengan Yesus sebagai Tuhan. Justru kesucian dan kesempunaan Maria
diperolehnya melalui Yesus.Akan tetapi tanpa kesucian atau lebih tepat, tanpa
Allah mempersiapkan Maria secara khusus, bagaimana mungkin Yesus Putera Allah
dapat lahir dari seorang pendosa? Maria dirahmati secara khusus oleh Allah,
sehingga ia layak menjadi Ibu Tuhah.
Maria adalah orang yang
sederhana, seorang gadis desa dari Nazareth.Ia seorang yang bersahaja
sebagaimana gadis Nazareth pada umumnya. Orang tidak pernah mengetahui, bahwa
ia dipilih Allah untuk mengandung dan melahirkan Putera Allah. Orang hanya
mengetahui, bahwa ia adalah seorang yang saleh. Hidupnya sangat tersembunyi.
Namun dalam kesederhanaannya, ia hidup tanpa noda dosa, sejak dari dalam kandungan
ibunya. Ia sungguh hidup sempurna, karena Allah sendiri yang menjaga dia.
Kesempurnaan Maria juga terletak dalam penyerahannya yang total terhadap
kehendak Allah. “Terjadilah padaku menurut perkataanmu,” merupakan suatu
jawaban yang menunjukan kesempurnaan Maria dalam menerima dan mau melakukan
kehendak Allah. Ketaatannya yang sempurna terhadap kehendak Allah membuat dia
sebagai Master piece dari semua ciptaan Allah. Ketaatannya
dalam iman membuat ia sempurna dalam menanggapi panggilannya sebagai ibu Tuhan.
Maria senantiasa
memjawab “Ya” terhadap kehendak Allah dan berani mengambil risiko, walaupun ia
sendiri tidak mengerti apa yang dikehendaki Allah. Kita bisa membayangkan
bagaimana perasaan Maria ketika Malaikat Gabriel datang dan memberi kabar bahwa
ia mengandung dari Roh Kudus, sementara ia tidak bersuami. Bukankah oleh
masyarakat Yahudi, ia dianggap pendosa besar dan harus dirajam dengan batu?
Akan tetapi, dengan penuh iman ia hanya menyerah kepada kehendak Allah. Banyak
peristiwa dalam Kitab Suci yang melukiskan penderitaan yang ditanggung Maria
akibat keterpilihannya sebagai ibu Tuhan. Misalnya: peristiwa kelahiran Yesus
dan pengejaran Raja Herodes hingga mengungsi ke Mesir, kesedihan Maria ketika
Yesus pada umur 12 tahun tidak ada bersama mereka dalam perjalanan pulang ke
Nazareth dari Yerusalem, karena ternyata Yesus masih berada di Bait Allah
Yerusalem. Ketika bertemu Puteranya dalam penderitaan memanggul salib menuju
Kalvari, hati Maria tertusuk ketika melihat anak satu-satunya yang sangat dikasihinya
bergantung tak berdaya di Kayu Salib; inilah perderitaan Maria yang terbesar.
Maka genaplah apa yang dikatakan Simeon kepadanya tetang anak yang
dilahirkannya, bahwa suatu pedang akan menembus jiwanya sendiri. (bdk. Luk.
2:35) Di sinilah keagungan dan kesempurnaan Maria yaitu mengutamakan kehendak
Allah, walupun harus menempuh jalan penderitaan.
Bunda Allah dan Bunda
Gereja
Keterpilihan Maria oleh
Allah, untuk melahirkan Yesus sebagai Anak Allah menjadikan Maria sebagai Bunda
Allah,Theotokos atau Maria Mater Dei, (Konsili Efesus 431). Gelar Maria sebagai
Bunda Allah atau Theotokos didasarkan pada pribadi Yesus sebagai Anak
Allah.Yesus lahir dari Maria bukan hanya sebagai manusia saja, tetapi sekaligus
Allah.Yesus lahir seratus persen manusia dan seratus persen Allah.Pribadi Yesus
sebagai Allah dan Manusia, yang lahir dari Maria tidak dapat di
pisahkan.Sebagai manusia Yesus berumur 33 Tahun, sejak kelahirannya dari Maria
sampai wafat-Nya di kayu salib. Namun, sebagai Allah, Yesus adalah Sang Sabda
yang berasal dari Allah yang sudah ada sebelum ciptaan jagat raya, sampai
kekal. Pristiwa inkarnasi merupakan peristiwa penjelmaan Sang Sabda menjadi
manusia dalam pribadi yang bernama Yesus yang dilahirkan oleh Maria.Yesus
sendiri mengakui, dalam Luk. 8:19-21, ketika Ia sedang mengajar dan orang
mengatakan kepada-Nya, bahwa ibu-Nya dan saudara-saudara-Nya ingin bertemu
dengan Dia. Ia menjawab, Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka yang
mendengar firman Allah dan melakukannya. Orang menafsirkan ayat ini, bahwa
Yesus meremehkan Maria.Namun, justru sebaliknya, secara tidak langsung Yesus
mau mengatakan bahwa Maria adalah ibu-Nya, karena Maria telah mendengarkan
firman Allah dan melakukannya secara sempurna. Jadi tidaklah salah Gereja
memberi gelar kepada Maria sebagai Bunda Allah, karena ia telah melahirkan
Yesus yang adalah Allah dan manusia.
Sejak Maria diakui
sebagai Bunda Allah, maka penghormatan dan devosi kepadanya sangat
berkembang.Ia sangat dihormati sebagai teladan dan ibu umat beriman. Maria
adalah Bunda Gereja (Mater Ecclesia ). Peristiwa di bawah kaki salib Putera-Nya
(Yoh 19:25-27), melambangkan persatuan Maria dengan Kristus, sebagai kepala
Gereja.Pada saat itulah Kristus menyerahkan Maria kepada Gereja. ”…Ibu inilah
anakmu, lalu Ia berkata kepada murid-muridnya, inilah ibumu.” Maka sejak saat
itulah Maria menjadi milik Gereja sebagai ibu, dan Kristus mempercayakan
umatnya kedalam tangan Bunda-Nya. Karena itu kita sebagai orang kristen dan
murid Kristus harus menerima Maria sebagai ibu, karena ia telah diserahkan
Kristus kepada kita.
Sejak penyerahan Maria
kepada Gereja oleh Kristus di bawah salib-Nya, Maria mempersatukan dirinya
dengan Kristus sebagai Kepala Gereja.Ia menjadi orang yang paling dekat dengan
Kristus.Ia menjadi Pengantin Kristus (Sponsa Kristi), mempelai Gereja. Karena
peranannya sebagai mempelai Ilahi, ia berada di antara Kristus dan Gereja. Ia
bersatu dengan Kristus sekaligus bersatu dengan Gereja. Karena kedekatannya
dengan Kristus dan Gereja, maka banyak devosi dan doa yang dipanjatkan kepada
Allah melalui Bunda Maria terkabul, karena ia sangat berkenan di hadapan
Allah.
Karena peranannya
sebagai ibu Gereja (Mater Ecclesia) dan karena kedekatannya dengan Allah, Maria
sering dijadikan Allah sebagai jurubicara-Nya, untuk tugas-tugas tertentu dalam
Gereja, melalui penampakannya kepada Gereja. Kalau Bunda Maria menampakan diri,
berarti Allah sendiri yang berbicara kepada manusia melalui Bunda Maria, karena
ia begitu dekat dengan Gereja. Tentu saja kalau penampakan itu otentik, seperti
Lourdes, Fatima, Medugorje, dan lain-lain, yang telah diakui oleh
Gereja.Penampakan yang otentik selalu membawa buah-buah yang positif bagi
Gereja dan tidak dapat dihalangi oleh manusia. Buah-buah itu antara lain berupa
pertobatan, kesembuhan, sukacita, dan kegembiraan bagi umat Allah.
Devosi Kepada Bunda Maria
Sejak Maria diangkat dan
diberi gelar oleh Gereja sebagai Bunda Allah, maka devosi kepadanya sangat
berkembang. Banyak umat Allah yang memohon doa kepada Bunda Maria. Seperti doa
Rosario, Novena tiga kali Salam Maria dan Ibadat hari Sabtu dalam Gereja
dipersembahkan secara khusus untuk menghormati Bunda Maria serta ibadat-ibadat
lain untuk mengenang jasa Maria bagi Gereja. Karena Bunda Maria telah diberikan
Allah kepada Gereja dan diberi tempat yang istimewa, maka tugas Maria dalam
Gereja adalah mendoakan dan melindungi Gereja yang masih dalam perziarahan
menuju Bapa.
Paus Paulus VI, menulis
suatu edaran, “Marialis cultus” (Kebaktian kepada Maria), ia menulis:
“Berdasarkan pengalaman Gereja Katolik dapat mengatakan, bahwa kebaktian yang
kuat kepada Maria membantu manusia untuk menempuh jalan menuju kepada
kesempurnaan hidup......Manusia dewasa ini sering diombang-ambing rasa cemas
dan harapan; ia dapat menjadi putus asa jika ingat akan keterbatasannya, tetapi
ia juga didorong oleh hasrat tak terhingga; jiwanya gelisah, hatinya tidak
tenteram, rohnya dihantui oleh rahasia maut; ia menderita, karena merasa sepi
dan sendirian, padahal ia begitu rindu untuk berkawan dan bersekutu; ia merasa
lesu dan jemu akan hidup. …. Apabila ia memandang Maria sebagaimana Maria hidup
didunia ini dan sebagaimana ia sekarang menikmati kesempurnaan di kota Allah,
matanya akan menjadi jernih dan ia akan mendengar kata-kata yang memberi
semangat kepadanya: Harapan lebih kuat dari kecemasan, persekutuan mengatasi
rasa kesepian, damai menang atas kegelisahan, keindahan dan kegembiraan
mengalahkan rasa lesu dan jemu akan hidup, keabadian lebih kuat daripada waktu,
hidup lebih kuat daripada maut.” Maria adalah penerangan dalam kegelapan hati
kita.Kelembutan dan keibuannya selalu terpancar untuk anak-anaknya yang dalam
kesusahan hidup di dunia dewasa ini.Pandangannya yang penuh kasih dan mesra
memberikan semangat baru dalam hati anak-anaknya.
Jika Gereja Katolik
berdevosi kepada Maria, tidak berarti Maria menjadi perantara kepada Bapa atau
mengambil alih peran Yesus.Yesus tetap menjadi perantara satu-satunya kepada
Bapa. Gereja Katolik berdevosi kepada Maria, karena ia adalah ciptaan Allah
yang sempurna dan sangat dekat dengan Allah dan kepada kita anak-anaknya. Ia
adalah rekan perantara (Co-Mediatriks) Allah kepada manusia, dalam Yesus
Kristus.Kita memperoleh berkat dari Allah melalui Maria dalam Yesus Kristus.Ia
hidup dan menjadi Bunda Gereja.Ia adalah penolong kita (Avokata Nostra) dalam
bahaya.Tidaklah salah Gereja Katolik bedevosi kepada Bunda Maria. Banyak kita
mendengar kesaksian, bagaimana doa yang dipanjatkan dengan perantaraan Bunda
Maria terkabul. Ini berarti doa Bunda Maria sangat berkenan kepada Allah.
Kalau orang katolik
membuat patung Bunda Maria dan menyimpannya serta berdoa di depan patung
tersebut, tidak berarti mereka menyembah berhala. Tujuan doa itu bukanlah
kepada patung tersebut. Patung dibuat, supaya lebih mudah mengingat akan tokoh
atau pribadi yang dilukiskan itu. Patung yang dibuat itu dapat dibandingkan
dengan selembar foto sorang anak, yang sangat dikasihi ibunya, dan foto itu
sering di bawa ke mana saja ia pergi, sebagai ungkapan cinta dan kedekatan
serta ikatan batin dari dua pribadi yang bersangkutan. Demikian juga patung Maria
yang dibuat, mau menunjukan kedekatan kita dengan dia, dan mempermudah
mengingat pribadinya sebagai ibu yang mengasihi dan siap menolong kita.
Di lain pihak, bagaimana
pun pentingnya suatu devosi kepada Bunda Maria, tidaklah dapat menggantikan
doa-doa resmi Gereja. Doa resmi Gereja harus diutamakan. Doa rosario tidak
dapat menggantikan perayaan Ekaristi. Perayaan Ekaristi adalah pusat kehidupan
katolik, karena Kristus sendirilah yang dikurbankan dalam
Ekaristi.Kadang-kadang kita melihat kenyataan yang terjadi, orang menempatkan
Bunda Maria di atas segala-galanya.Orang berdevosi terlalu berlebih-lebihan,
seolah-olah mengambil alih peran Allah.Di lain pihak, karena kurangnya
pengetahuan orang sampai mengesampingkan peran Maria sebagai ibu Gereja.Ibadat
atau devosi yang benar adalah menempatkan kembali Maria pada tempat yang
sebenarnya, sebagai Bunda pengantara kita kepada Yesus.Devosi yang benar
membawa kita kepada Allah melalui Maria dalam Yesus (Per Mariam at
Jesum).Devosi yang benar harus mengandung nilai Teologal.
Kesimpulan
Bunda Maria dipilih dan
dirahmati secara khusus oleh Allah, untuk melahirkan Petera-Nya.Rahmat yang
diperoleh Maria semata-mata karena jasa Yesus Kristus.Maria mengambil bagian
secara penuh dalam karya keselamatan Allah bagi manusia, karena melalui dialah,
Juruselamat dilahirkan. Karenanya ia menjadi Bunda Allah sekaligus sebagai
Bunda Gereja, sebagai ibu yang mempunyai rasa cinta yang besar terhadap Gereja.
Kelembutan hati dan kedekatannya kepada Allah, membuat dia menjadi tempat bagi
kita anak-anaknya untuk datang memohon bantuan melalui doa-doanya.
Ketaatannya
yang sempurna kepada kehendak Allah menjadikan dia (Maria) sangat berkenan di
hadapan Allah, sebagai ciptaan yang paling luhur dan sempurna.Imannya yang
penuh penyerahan membuat dia sebagai tokoh terbesar dalam Gereja yang patut
diteladani. Namun bagaimana pun tingginya derajat Maria, ia tidak dapat
disamakan dengan Allah Tritunggal sebagai Pencipta. Ia berada jauh di bawah
Allah, sebab dia hanyalah ciptaan Allah sama seperti kita, tetapi ia dilindungi
secara khusus, sehingga ia hidup tanpa dosa. Ia tetap perawan.Oleh karena itu,
Maria tidak dapat disembah, hanya dihormati sebagai insan Allah, yang mempunyai
peranan penting dalam sejarah keselamatan umat manusia.Hanya Allah sajalah yang
patut disembah.Karenanya, ibadat kepada Maria harus ditempatkan sebagaiman
mestinya sesuai dengan ajaran Gereja.Ibadat atau cinta kepada Maria harus
bersifat sekunder, sedangkan ibadat atau cinta kepada Allah harus bersifat
primer.